Rabu, 22 Desember 2010

ARITMIA PADA ANAK

oleh: Rosmaliana

PENDAHULUAN

Frekuensi dan tanda klinis aritmia yang terjadi pada anak berbeda dengan yang terjadi pada orang dewasa. Walaupun aritmia pada bayi dan anak frekuensi terjadinya lebih jarang, namun ini memerlukan perhatian dari klinisi untuk dapat mengenali dan melakukan penanganan yang tepat terhadap aritmia yang terjadi tersebut. Sebab manifestasi dari aritmia itu sendiri serta pendekatan klinisnya berbeda antara pada anak dibandingkan pada orang dewasa 4.

Aritmia dapat juga didefinisikan sebagai variasi dan abnormalitas pada pembentukan impuls, perambatan impuls, dan pengaruh otonomik 6.

Aritmia pada anak terjadi pada 55,1 per 100.000 kasus di unit gawat darurat anak. Arimia yang sering terjadi pada anak secara berurutan adalah sinus takikardi (50%), Supraventrikular takikardia ( 13 %), bradikardi (6 %), dan atrial fibrilasi (4,6% ) 2.

Penegakkan diagnosa aritmia pada anak menjadi suatu tantangan bagi para klinisi karena banyaknya gejala yang tidak spesifik yang dikeluhkan oleh anak, seperti tidak mau makan, gelisah, pusing. Namun, dengan gejala yang tidak khas ini hendaknya diagnosa tetap dapat ditegakkan sehingga penanganan dapat segera dilakukan.



”Tujuan dari penulisan ini agar kita dapat mengenali dan melakukan penatalaksanaan terhadap aritmia yang sering terjadi pada anak sehingga angka kematian yang diakibatkan aritmia ini dapat diminimalisasikan”.




ELEKTROKARDIOGRAFI PADA ANAK
Alasan yang sering untuk dilakukan EKG pada anak adalah nyeri dada, dugaan aritmia, kejang, pingsan,luka bakar akibat listrik, gangguan elektrolit, serta adanya kelainan pada pemeriksaan fisik 6.
Pengukuran dasar dengan menggunakan EKG termasuk diantaranya denyut jantung, irama jantung, aksis jantung, interval PR, dan kompleks QRS, segmen ST serta gelombang T.



Dalam membicarakan aritmia, kita harus mengetahui asal ritme yang muncul sehingga kita dapat menilai aritmia itu berasal dari mana.

I. RITME YANG BERASAL DARI NODUS SINUS 1-3,6,7.
Semua irama yang berasal dari nodus sinus atrial mempunyai 2 karakteristik yang harus dipenuhi untuk menghasilkan suatu irama sinus, yaitu ;
1. Gelombang P mendahului kompleks QRS dengan interval PR yang reguler.
2. Gelombang P positif pada lead II dan terbalik pada aVR.

Sinus Takikardi
Gambarannya :
Bila didapati irama dasar dari EKG adalah sinus ritme dengan frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari batas normal sesuai umur. Denyut jantung lebih cepat dari 140 x/menit untuk anak dan lebih dari 170 x / menit untuk bayi, ini bermakna untuk dikatakan sebagai suatu sinus takikardi. Denyut jantung umumnya dibawah 200 x /menit untuk dikatakan sebagai suatu sinus takikardi 1-3.



Penyebabnya :
Umumnya penyebab dari takikardi pada anak dapat disebabkan oleh karena cemas/ ketakutan, demam, anemia, congestive heart failure (CHF), syok hipovolemik yang sering diakibatkan oleh dehidrasi akibat diare maupun muntah 2,9.


Penatalaksanaan :
Umumnya sinus takikardi tidak memerlukan penatalaksanaan khusus. Tatalaksana dari sinus takikardi ditujukan pada tatalaksana penyakit yang mendasarinya, sebab takikardi umumnya adalah merupakan suatu mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung yang mencukupi.


Sinus Bradikardi
Gambarannya :
Didapati irama dasarnya adalah sinus, namun frekuensi denyut jantung adalah lebih lambat dari batas paling bawah denyut jantung sesuai umur. Denyut jantung dibawah 80 x/ menit untuk bayi, dan dibawah 60 x / menit pada anak sudah dapat dikatakan sebagai suatu sinus bradikardi 1-3.




Penyebabnya :
Sinus bradikardi biasa terjadi pada orang normal atau pada atlit maupun pada saat tidur 7. Bradikardi ini juga dapat muncul akibat stimulasi vagal, peningkatan tekanan intrakranial, hipotermi, hipoksia, hiperkalemi, ataupun akibat dari pemakaian obat-obatan seperti digitalis dan β-Bloker 1,2.

Penatalaksanaan
Bila sinus bradikardi tidak menimbulkan keluhan bagi pasien, umumnya tatalaksana tidak diperlukan. Tatalaksana ditujukan untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya.

Sinus Aritmia
Gambarannya
Pada sinus aritmia, didapati variasi dari denyut jantung, meningkat pada saat inspirasi dan melambat pada saat ekspirasi. Hal ini dapat muncul sebagai suatu gambaran dari sinus ritme 1-3,7.



Penyebabnya
Hal ini adalah fenomena normal dan berhubungan dengan pengaturan syaraf autonomic jantung pada saat fase respirasi 1,3,6.

Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang diindikasikan untuk kasus tersebut.


II. RITME YANG BERASAL DARI ATRIUM 1-3
Irama yang berasal dari atrium mempunyai karakteristi, yaitu :
3. Gelombang P mempunyai bentuk yang tidak biasa, yang diakibatkan oleh aksis P yang abnormal, dan atau adanya jumlah gelombang P yang abnormal pada setiap kompleks QRS.
4. Kompleks QRS biasanya berbentuk normal, namun sering muncul kompleks QRS yang tidak biasa yang dapat disebabkan oleh aberans.


Atrial Flutter
Gambarannya :
Karakteristik dari Atrial Flutter adalah adanya atrial rate yang terjadi sekitar 300 (antara 240 – 360) x / menit. Pada EKG didapati gambaran ”sawtooth” dengan perbandingan antara gelombang P dengan QRS biasanya 4:1, 3:1, 2:1, dengan gambaran gelombang QRS biasanya normal 1-3,6,7.



Penyebab
Umumnya atrial flutter pada anak disebabkan akibat adanya kelainan struktur jantung, walaupun pada fetus dan neonatus dengan atrial flutter umumnya memiliki struktur jantung yang normal. Penyebab lain yang dapat menimbulkan atrial flutter antara lain seperti penyakit infeksi akut, perikarditis, miokarditis, keracunan digitalis, dan dapat juga muncul akibat adanya riwayat post operatif koreksi terutama yang melibatkan atrium seperti koreksi Atrial Septum Defek (ASD), prosedur Mustard untuk D-transposition of the great artery , atau prosedur Fontan 1,2,7,14. Prosedur ini dapat menyebabkan atrial flutter karena adanya gangguan pada sistem konduksi yang terjadi apabila terdapat jahitan luka melewati septum atrium. Atrial flutter juga dapat terjadi pada Duschenne’s muscular dystrophy serta trauma pada susunan syaraf pusat.







Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan dari atrial flutter dapat mencakup penatalaksanaan pada kondisi akut, kronik, mengontrol rate, mencegah kejadian berulang 1.
1. Pada kondisi akut,
a. Adenosin tidak dapat mengkonversikan aritmia menjadi sinus, walaupun dapat membantu konfirmasi diagnosa dari atrial flutter dengan menghambat konduksi AV.
b. Kardioversi dengan DC syncronize merupakan pilihan untuk penatalaksanaan atrial flutter dengan durasi singkat, bila pasien bayi atau anak dalam kondisi gagal jantung yang berat.
c. Temporary pacing juga ada tempat untuk dilakukan
d. Pada anak, pemberian injeksi amiodaron atau procainamide mungkin efektif untuk mengatasi atrial flutter.
2 . Pada kasus kronik
Dengan pemberian antikoagulan, warfarin, dapat menunda untuk dilakukannya kardioversi sampai 2 -3 minggu. Setelah kembali ke irama sinus, pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan sampai 3 – 4 minggu.
3. Rate kontrol
Untuk mengontrol rate ventrikel, CCB merupakan pilihan. Propanolol juga sama efektifnya. Pada waktu lalu, digoksin sering dipakai.
4 . Mencegah kekambuhan
Pemberian anti aritmia kelas I dan III, tampak berhasil dalam mencegah kekambuhan dari atrial flutter.

Atrial Fibrilasi.
Gambaran :
Karakteristik dari atrial fibrilasi yaitu adanya gambaran kecepatan dari atrium yang ekstrim, berkisar 350 – 600 x / menit dan ritme yang muncul umumnya bersifat “irregularly irregular”, dengan gambaran kompleks QRS yang normal.



Penyebab :
Atrial fibrilasi (AF) jarang terjadi pada anak. Umumnya kejadian AF ini berhubungan dengan gangguan dari susunan struktural jantung seperti pada Rheumatik Heart Disease (RHD), Eibstein’s anomaly, atresia tricuspid, ASD, adanya riwayat intra-atrial surgery. Tiroktosikosis, emboli pulmonal, dan perikarditis juga merupakan keadaan yang mungkin dapat menimbulkan atrial fibrilasi 1,4,5.

Penanganan 1
Penanganan dari atrial fibrilasi hampir menyerupai penanganan pada atrial flutter, yaitu :
1. Jika atrial fibrilasi muncul lebih dari 48 jam, antikoagulan seperti warfarin direkomendasikan diberikan selama 2 – 3 minggu untuk mencegah kejadian emboli sistemik, jika konversi dapat ditunda. Pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan selama 3 – 4 minggu setelah irama sinus dicapai. Jika kardioversi tidak dapat ditunda, maka pemberian injeksi heparin dapat dimulai dan kardioversi dapat dilakukan jika nilai aPTT berkisar 1,5 – 2,5 lebih besar dari kontrol dalam 5 -10 hari.
2. Propanolol, verapamil, maupun digoksin dapat diberikan untuk mengurangi rate ventrikel.
3. Antiaritmia kelas I seperti quinidine, procainamide, flecainide dan Kelas III seperti amiodaron juga ada tempat untuk diberikan.
4. Pada pasien dengan kronik atrial fibrilasi, pemberian antikoagulan dapat dipertimbangkan untuk mengurangi kejadian tromoemboli. Pada kasus kronik, kontrol rate lebih meningkat penggunaannya dari pada konversi.


Supra Ventrikular Tachycardia
Gambaran
Supraventrikuler Takikardi (SVT) adalah suatu aritmia yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Denyut jantung sangat cepat dan teratur. Biasanya denyut jantung berkisar 240±40 x /menit, dengan gelombang P yang umumnya sulit dinilai 1-8,13. Namun jika gelombang P dapat dinilai, akan didapati aksis dari gelombang P yang tidak normal, dapat mendahului ataupun mengikuti kompleks QRS. Durasi kompleks QRS umumnya normal.



Terdapat tiga tipe SVT, yaitu tipe atrial takikardi, nodal takikardi, dan AV reentrant takikardi 1,2. Tipe yang paling sering didapati adalah AV reentrant takikardi. AV reentrant takikardi (AVRT), bukan saja merupakan mekanisme yang paling umum muncul pada SVT, namun juga merupakan takiaritmia yang paling sering didapati pada anak. Pada AVRT, didapati jalur ”by pass” tambahan lain menuju AV-node. Jalan lain ini secara secara anatomis terpisah, seperti bundle of Kent yang dapat dilihat pada sindroma Wolf-Parkinson-White (WPW). Konduksi jalur pintas ini lebih cepat dibandingkan dengan jalur normal, dan menghasilkan suatu pola siklus reentry yang independen dari nodus SA. Temuan yang khas pada WPW adalah dijumpainya PR interval yang memendek, QRS yang melebar dan dijumpai upstroke kompleks QRS yang dikenal sebagai gelombang delta. Namun hal ini hanya akan dapat dijumpai jika irama jantung telah menjadi irama sinus.



Ectopic atrial tachycardia merupakan mekanisme yang jarang terjadi pada SVT. Ditandai dengan adanya tembakan yang cepat pada suatu fokus ektopik di atrium, dimana dijumpai adanya morfologi gelombang P yang muncul dengan morfologi yang berbeda.

Nodal ectopik takikardi , dapat mengarah ke atrial takikardi karena P wave tertanam pada gel T pd denyut sebelumnya shg menjadi tidak kelihatan. Tetapi denyutnya relatif lebih lambat 120-200 x/i jika dibandingkan dengan EAT 1.

Penyebab
Pada kejadian SVT, kebanyakan tidak ditemukan kelainan jantung yang mendasarinya. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Hampir setengahnya adalah idiopatik, sebahagian lain disebabkan kelainan jantung kongenital ( paling sering anomali Eibstein, single ventricle, dan L-transposisi), 10 -20 % diakibatkan oleh sindroma WPW, serta dapat juga muncul setelah adanya operasi jantung 1,2.
Alasan orang tua membawa bayinya ke dokter karena mendadak gelisah, tidak mau menyusu, bayinya bernafas dengan cepat, pucat, bahkan mungkin muntah-muntah. Nadi diraba sangat cepat, berkisar 200-300 kali/ menit. Sedangkan pada anak yang lebih besar, alasan mereka dibawa ke dokter adalah perasaan berdebar-debar, nyeri dada, pusing, dan kadang sesak nafas 2.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari SVT harus cepat dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi SVT yakni 1,2,5,7,8:
1. Lakukan maneuver vagal, yakni lakukan masase pada sinus karotis, gagging, melakukan penekanan pada kedua bola mata umumnya berhasil pada anak yang lebih besar, namun jarang berhasil pada bayi. Kompres air dingin diwajah selama 10 detik sering berhasil pada bayi.
2. Pemberian adenosine dapat dipertimbangkan sebagai obat pilihan. Adenosine diberikan dengan suntikan bolus cepat dan diikuti dengan dibilas larutan saline, dimulai dosis 50 µg/kg, dapat ditingkatkan 50 µg/kgbb tiap 1 -2 menit. Umumnya efektif pada dosis 100 -150 µg/ kgbb dengan dosis maksimal 250 µg/ kgbb
3. Pada bayi dengan CHF yang berat, pengobatan emergensi ditujukan dengan kardioversi segera, dengan dosis inisial 0,5 joule/kgbb dan dapat ditingkatkan sampai dosis 2 joule /kgbb.
4. Esmolol, β-bloker lainnya, verapamil, dan digoksin dapat juga diberikan. Pemberian propanolol intravena dapat diberikan pada SVT yang diikuti dengan sindroma WPW. Pemberian verapamil secara intravena pada anak dibawah 12 bulan sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan bradikardi yang berat dan hipotensi.
5. Jika tatalaksanaan farmakologis gagal, ablasi kateter radiofrekuensi dapat dijadikan pilihan, sesuai indikasi.

Pencegahan kekambuhan 1
Pada bayi tanpa sindroma WPW, pemberian oral propanolol selama 12 bulan memberikan hasil yang baik. Pada bayi dengan riwayat CHF dan sindroma WPW dapat dimulai pemberian digoksin, namun setelah CHF berhasil diatasi, pemberian digoksin dapat diganti dengan pemberian propanolol.

RITME YANG BERASAL DARI VENTRIKEL
Ritme yang berasal dari ventrikel (aritmia ventrikel ) mempunyai karakter sebagai berikut :
1. Kompleks QRS yang lebar dan tidak biasa
2. Arah gelombang T berlawanan dengan kompleks QRS
3. Secara acak, kompleks QRS didahului dengan gelombang P, jika ada.


Premature Ventricular Contraction
Gambaran
Premature Ventrikular contraction (PVC) muncul karena adanya focus ectopik pada ventrikel yang muncul lebih awl dari irama dasarnya. Pada EKG terlihat kompleks QRS yang lebar, terdapat perubahan segmen ST sekunder, dan terdapat pause kompensasi penuh (full compensatory pause).




Berdasarkan frekuensi dan bentuknya, PVC dapat dibagi menjadi 1-3,6 :
1. Ventrikular bigeminy atau coupling, jika tiap satu QRS kompleks normal diikuti dengan satu kompleks PVC.
2. Ventrikular trigeminy , jika tiap dua kompleks QRS normal diikuti dengan satu komlpleks PVC.
3. Couplets , jika dua kompleks PVC muncul secara serangkai
4. Triplets , jika tiga kompleks PVC muncul secara serangkai. Tiga atau lebih berturut-turut muncul PVC, dapat disebut dengan ventrikular takikardi.

Penyebab
PVC dapat muncul pada anak sehat. Didapati 50 %– 70 % dari anak normal muncul PVC pada pemantauan 24 jam EKG ambulatory. Bebepara penyebab yang dapat menimbulkan PVC pada anak seperti miokarditis, miokardia infark, kardiomiopati, MVP, post operatif, obat-obatan seperti digitalis, teofilin, kafein.

Penatalaksanaan
Pada anak dengan jantung yang normal, jika muncul PVC baik itu bigeminy atau PVC jenis yang lain, namun tidak menunjukkan gejala yang serius dan dari hasil pemeriksaan lainnya seperti echokardiography, exercise sress tests hasilnya normal, maka tidak diperlukan pengobatan khusus.
Namun pada anak yang mengalami PVC dan memberikan gejala, maka pengobatan sudah harus dilakukan 1.
a. β-bloker sepert atenolol, 1-2 mg/kgbb oral, single dose memberikan hasil yang baik jika penyebabnya adalah kardiomiopati.
b. Antiaritmia, seperti fenitoin dapat diberikan. Namun antiaritmia yang dapat memperpanjang QT interval seperti prokainamide, kuinidine, amiodaron harus dihindari.
c. PVC yang sering, dapat diberikan dengan suntikan intravaskular lidokain, 1 mg / kgbb/ kali beri diikuti dengan pemberian drip lidokain 20 – 50 µg/kgbb/ menit.



Ventrikular Takikardi
Gambaran
Ventrikular Takikardi (VT) merupakan bentuk PVC triplets atau lebih, dengan denyut jantung antara 120- 200 kali / menit. Kompleks QRS yang melebar, durasi QRS yang memanjang ( > 0,12 detik ), gelombang P yang tidak terlihat.



Penyebab
Ventrikular takikardi dapat muncul pada pasien-pasien dengan gangguan penyakit jantung bawaan (seperti TOF, AS), miokarditis, hipertensi pulmonal, hipoksia, asidosis, gangguan elektrolit, tumor jantung, pada pasien-pasien postoperative CHD, obat-obatan seperti digitalis 1,2,13.

Penatalaksanaan.
Pada pasien-pasien dengan VT harus dilakukan pengobatan segera dengan syncronized-DC cardioversion (0,5 – 1 joule /kg) jika pasien tidak sadar penuh ataupun pada pasien-pasien yang mengalami gangguan kardiovaskular yang tampak dari rendahnya cardiac output. Terapi farmakologis berupa pemberian intra vena amiodaron ( 5 mg/kg ) selama 20-60 menit 1,2,8 .


Ventrikular fibrilasi
Gambaran
Ventrikular fibrilasi (VF) jarang terjadi pada anak. Ini ditandai gambaran kompleks QRS yang dengan variasi dan konfigurasi yang aneh. Denyut yang cepat dan tidak teratur.





Penyebab
Ventrikular fibrilasi dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit, obat-obatan anti aritmia, peningkatan aktivitas simpatik, hipoksia, riwayat operasi kelainan jantung.

Penatalaksanaan 1,2,8 :
Penatalaksaan dari VF harus segera dilakukan. Jika pasien terlalu lama dalam kondisi fibrilasi maka akan sulit untuk mengembalikannya ke irama sinus.
Pada keadaan akut,
a. Segera lakukan tindakan resusitasi kardio pulmonal, nilai ABC (airway, breathing, circulation ), penatalaksanaan jalan nafas dengan oksigen 100 % dan monitoring irama jantung sangat penting.
b. Jika dibutuhkan, dapat dilakukan defibrilasi dimulai dengan 2 joule/kgbb, 4 joule/ kgbb, dan 6 joule /kgbb.
c. Pemberian epineprin secara intarvena maupun intraoseus dimulai 0,01 mg/kgbb ( larutan 1 : 10.000, dosis 0,1mL/kg).
d. Segera cari dan atasi penyebabnya, seperti asidosis, hipoksia.
e. Antiaritmia yang dapat digunakan:
• Amiodaron bolus, 5 mg/kgbb  IV, IO
• Lidokain 1 mg/kgbb  IV,IO,IE (endotrakea).
• Magnesium sulfat, 25 – 50 mg/kg dapat diberikan pada keadaan torsades de pointes atau keadaan hipomagnesia.


Long QT Syndroma
Gambaran
Long QT syndroma (LQTS) adalah suatu bentuk gangguan repolarisasi miokard yang ditandai dengan interval QT yang memanjang. QT interval yang terbaik dinilai pada lead II. Untuk mengukur interval QT dapat digunakan formula Bazzet (QTc = Qt /MRR). Nilai QTc antara 420-460 ms adalah nilai borderline, jika lebih dari 460 ms dapat dikatakan LQT 1-3,5,7,10-12,15.
Angka kejadian dari LQTS ini diperkirakan 1: 10.000 sampai 1 : 15.000 dan mengakibatkan 3000 sampai 4000 kematian mendadak pada anak yang terjadi di Amerika. LQTS umumnya terjadi pada anak usia 9 – 15 tahun, dengan episode sinkop yang berulang 2.
Pasien-pasien dengan LQTS akan mengeluhkan sinkope, kejang, palpitasi yang berhubungan dengan aktivitas, faktor emosi bahkan dengan suara yang besar. Manifestasi awal mungkin dapat menyebabkan henti jantung 2.

Penyebab
LQTS dapat dikelompokkan menjadi primer (kongenital ) maupun sekunder (didapat) 1,2,7,10-12,15. Primer LQTS termasuk didalamnya akibat adanya mutasi gen yang mengakibatkan gangguan fungsi dari ion channel. Berdasarkan latar belakang genetik, didapati 2 tipe dari Jervell- Lange- Nielsen syndroma dan 6 tipe dari Romano-Ward syndroma yang dapat diidentifikasi yang berhubungan dengan LQTS. Angka kejadian dari LQTS ini diperkirakan 1: 10.000 sampai 1 : 15.000 dan mengakibatkan 3000 sampai 4000 kematian mendadak pada anak yang terjadi di Amerika. LQTS umumnya terjadi pada anak usia 9 – 15 tahun, dengan episode sinkop yang berulang.
Sedangkan penyebab sekunder yang dapat menimbulkan LQTS adalah pemakaian obat-obatan,kelainan elektrolit seperti hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesia.




Penatalaksanaan LQTS termasuk didalamnya penangan akut aritmia, menghentikan obat-obatan yang dapat menimbulkan LQTS, koreksi metaboli abnormalities. Langkah selanjutnya ditujukan untuk mengurangi aktivitas jantung. β-bloker dapat merupakan terapi pilihan. Efek protektif dari β-bloker dapat mengurangi kejadian sinkope maupun suddent cardiac death. Suatu kesepakatan, pasien dengan gejala LQTS sebaiknya diberikan pengobatan dengan propanolol atau β-bloker lainnya. β-bloker yang paling banyak digunakan adalah propanolol (2-4 mg/kgbb/hari, maksimal 60mg/hari). Propanolol efektif dalam mencegah gejala pada tahun pertama pengobatan. Namun pemberian β-bloker juga harus hati-hati karena dapat menimbulkan bradikardi, bahkan bisa menimbulhan sudden death. Pada pasien-pasien dengan adanya kontra indikasi diberikan β-bloker, pemasangan ICD dapat dipertimbangkan.



Selain aritmia yang diakibatkan oleh gangguan pembentulan impuls, disini akan disinggung sedikit mengenai aritmia yang diakibatkan adanya gangguan pada penghantaran impuls.
1. Atrioventrikular blok derajat satu (AVB derajat 1) 1-3,5,7
Ditandai adanya jarak PR interval yang memanjang. Yang diakibatkan oleh adanya perpanjangan waktu penghantaran impuls dari atrium menuju ventrikel. Hal ini dapat muncul pada anak normal. Penyebab lain yang dapat menimbulkan AVB derajat satu ini antara lain demam rematik, penyakit-penyakit infeksi, ASD, Ebstens anomali.
Tidak ada pengobatan khusus untuk kasus ini.



2. Atrioventrikular blok derajat dua 1-3,5,7.
Dibagi menjadi dua
a. Mobitz tipe I : ditandai dengan adanya PR interval yang semakin memanjang, dan pada satu saat gelombang P menghilang.
Hal ini juga dapat muncul pada anak normal. Penyebab lai yang dapat menimbulkan hal ini antara lain cardiomiopati, operasi jantung, keracunan digitalis, miokarditis.
Pengobatannya ditujukan pada penyakit yang mendasarinya.


b. Mobitz II : ditandai dengan adanya hambatan impuls dari atrium yang intermiten, sehinga kadang kala impuls dari atrium tidak dapat disampaikan ke ventrikel



Pengobatan ditujukan pada penyakit yang mendasarinya. Pemasangan
Pacemaker dapat dilakukan bila sudah terdapat indikasinya.

3. Atrioventrikular derajat tiga (AVB derajat 3) 1-3,5,7 .
Terjadi bila hantaran impuls dari atrium sama sekali tidak dapat mencapai ventrikel. Pada gambaran EKG didapati jarak P-P regular, jarak QRS juga regular dengan denyut lebih lambat dari denyut P.





Hal ini dapat disebabkan kelainan kongenital, baik dengan maupun tanpa kelainan dar sturuktur jantung, kelainan pada ibunya seperti SLE,Sjőgren syndrome, demam rematik akut, adanya tumor pada sistem konduksi. Operasi jantung juga merupakan penyebab umum yang menimbulkan blok komplit. Penatalaksanaan awal dapat diberikan atropin aau isoproterenol pada keadaan yang bergejala sampai menunggu pemasangan pacemaker. Pacemaker diindikasikan pada pasien dengan gangguan blok jantung kongenital,jika :
a) Pasien bergejala , pusing, berkunang-kunang, mengarah ke CHF.
b) Pada bayi bila denyut ventrikel kurang dari 50 -55 x/ menit.

Pada pasien yang asymptomatik congenital heart block tidak memerlukan terapi.



KESIMPULAN

Penilaian EKG pada anak sama pentingnya dengan penilaian klinis. Pada keadaan akut, penilaian yang cepat dan tepat diperlukan untuk mengambil langkah berikutnya dengan tepat pula. Penegakkan diagnosa aritmia menjadi suatu tantangan karena banyak gejala yang tidak spesifik yang ditimbulkan oleh aritmia ini. Namun, walau dengan gejala yang sering tidak khas ini, seharusnya diagnosa dapat ditegakkan dan penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA


1. Park M, George R. Cardiac Arrhytmias. Dalam : Park M, George R, ed. Pediatric cardiology for practitioner 5th ed Philadelphia : Mosby, 2008, p 507-543.
2. Doniger S.J, Sharieff G.Q. Pediatric Dysrythmia. Pediatric Clin N. Am J 2006;53: 85-105
3. Park M, Guntheroth W. How to read pediatric EGCs.3rd edition. St. Louis : Mosby Year Book ; 1992, p42-55.
4. Porter J. Pediatric Arrythmias. Dalam : Murphy Joseph G, ed Mayo Clinic Cardiology 3rd ed Mayo Clinic Scintific Press, p345-9.
5. Triedman John K, Arrythmia in Pediatric Patiens Dalam : Ganz Leonard I, ed Management of Cardiac Arrythmia, Humana Press 2002, p461-85.
6. Madiyono Bambang, Disritmia. Dalam:Sastroasmoro S, buku Ajar Kardiologi Anak, penerbit IDAI, 1994, h : 443-69.
7. Kartman JR, Madan N, Arrythmia and suddent cardiac death: Dalam Vetter V.L, Pediatric Cardiology the requsites in pediatric, Philadelphia : Mosby, 2006, p171-94.
8. American Heart Association.2005. American Heart Associaion (AHA) guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) and Emergency Cardiovascular Care (ECC) of Pediatric and Neonatal Patients : Pediatric Advanced Life Support, 2006,e1005-27.
9. Hanna C, Greenes D. How much tachycardia in infant can be attributed to fever ? Ann. Emerg Med, 2004 ;43:699-705.
10. Ackerman MJ. The Long QT Syndrome, in Pediatric Review 1998; 19 (7): 232-8.
11. Garson A, Dick M, Fournier A, et al. The QT syndrome in children : an international of 287 patients. Circulation 1993; 87 : 1866 – 72.
12. Alimurung MM, Joseph LG, Craige E. The Q-T interval in normal Infants and Children. Circulation. 2009;1;1329-37.
13. Surrey London K, Sussex, Neonatal Transfer Service. Cardiac Arrythmia guidelines, Agustus 2007.
14. Balaji H, Harris L. atrial Arrythmia in Congenital Heart Disease. Cardiologi Clinic 2002;20 : 459-68.
15. Martha J. W, Drug Induced Long QT dalam Jurnal Kardiologi Indonesia, 2008 ; 29 (1) , hal 25-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar